Rabu, 23 November 2022

Festival Film Wanua 2022

 


Perkembangan teknologi digital telah berdampak pada kemajuan dunia perfilman di Indonesia, terutama berkaitan dengan proses kreatif orang-orang muda di Minahasa, Sulawesi Utara. Film menjadi salah satu karya yang banyak diciptakan dari proses kreatif tersebut. Hal ini memungkinkan munculnya filmmaker dan komunitas film. Mayoritas dari mereka merupakan anak muda yang berasal dari wanua (kampung-kampung) di penjuru Sulawesi Utara. 

Namun perkembangan kuantitatif filmmaker dan komunitas film tidak sejalan dengan apresiasi. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya ruang atau wadah ekspresi maupun apresiasi untuk karya-karya ini. Satu-satunya ruang apresiasi yang pernah diadakan oleh jaringan PUKKAT pada tahun 2017 adalah “Festival Komunitas Film Orang Gunung”. Melalui kegiatan ini terdata seratus lebih film yang diproduksi oleh filmmaker dan komunitas film di Minahasa. Jumlah filmmaker dan komunitas film sekitar 90-an. Karya-karya mereka kebanyakan diproduksi dengan menggunakan Smartphone, beberapa di antaranya DSLR. Hal ini dikarenakan perkembangan teknologi ponsel pintar yang begitu cepat dengan harga yang murah dijangkau, yang teknologinya telah mendukung produksi film pendek. “Festival Komunitas Film Orang Gunung” adalah benar-benar festival, bukan lomba. Festival ini dibuat terutama untuk maksud menyiapkan ruang ekspresi, apresiasi, dan sharing. Pada festival ini, ditampilkan film-film karya para filmmaker dan komunitas film dari Minahasa yang bertemakan banyak hal tentang budaya Minahasa.  

Ruang atau wadah ekspresi dan apresiasi sangat penting untuk mendorong dan merespons kreatifitas para sineas yang muncul. Selain ruang, sharing pengetahuan, keterampilan maupun dorongan dan motivasi sangat penting untuk  meningkatkan kualitas substansi materi, teknik produksi film dan konsistensi menghasilkan karya. Dengan pertimbangan tersebut maka festival film menjadi salah satu upaya strategis dan efektif untuk menyiapkan ruang ekspresi, apresiasi, sharing, motivasi dan edukasi bagi para sineas, komunitas film, maupun masyarakat di tanah Minahasa.

Di samping pertimbangan di atas, tema dan materi film yang berkaitan tradisi papan, pangan dan sandang Minahasa sangat menarik, namun hingga kini belum menjadi perhatian para filmmaker dan komunitas film di Minahasa. Sementara, tema tradisi, selain penting untuk menggali kekayaan kebudayaan etnik (daerah) untuk kebudayaan nasional, namun juga untuk dunia kepariwisataan di Sulawesi Utara yang sedang menjadi perhatian pemerintah, dan lebih luas Indonesia.

Dengan berbagai pertimbangan tersebut, maka Pusat Kajian Kebudayaan Indonesia Timur didukung oleh Kementerian Kebudayaan RI lewat Program Sinema Mikro menggelar sebuah rangkaian kegiatan festival film sebagai wadah ekspresi, apresiasi dan edukasi. Secara spesifik rencana festival film ini kami beri tema: “Festival Film Wanua” (FFW). “Wanua” dalam pengertian tradisi orang-orang Minahasa menunjuk pada kampung (desa) sebagai suatu kesatuan adat yang dialami secara spiritual dan sosial. Pada komunitas “wanua”, manusia (tou), dan sumber daya alam yang berfungsi secara praktis untuk kehidupan, yaitu dalam bentuk papan (wale), pangan (kan) dan sandang (karai) membentuk suatu praktik dan etik. Secara teknis, tema ini menunjuk pada ruang lingkup dan materi film. 

Konsep Kegiatan
Festival Film Wanua merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari:
  • Sosialisasi dan pendataan sineas, komunitas film dan karyanya
  • Penulisan buku profil filmmaker/ komunitas film dan materi karyanya
  • Pemutaran film dan diskusi keliling di enam lokasi berbeda di tanah Minahasa
  • Seminar film yang membahas tentang proses kreatif, isi dan tema film
  • Puncak festival: ruang apresiasi dan launching buku
Waktu dan Tempat Kegiatan 
Waktu : 10 November 2022  s.d 29 April 2023
Tempat : Tomohon, Tondano, Motoling, Wuwuk, Minanga, dan Likupang 

Informasi Selengkapnya Cek festivalfilmwanua.com

Riane Elean

Author & Editor

""

0 komentar:

Posting Komentar