Diskusi Buku "Aktivisme Agama & Pembangunan yang Memihak: Esai-esai untuk Sulawesi Utara”

Diskusi Seksualitas Dari Perspektif Budaya Minahasa

Sometimes you need advice, Ask a teacher to solve your problems.

Make a Difference with education, and be the best.

Make a Difference with education, and be the best.

Make a Move Together for Better Life

Make a Move Together for Better Life

Latest Posts

Minggu, 10 Maret 2024

Festival Kuncikan dalam Diskursus Kristen Kultural Minahasa

Riane Elean


Judul: 

Festival Kuncikan dalam Diskursus Kristen Kultural Minahasa: Perspektif Sosiologi, Teologi dan Pendidikan Agama Kristen


Kepengarangan: 

Denni H. R. Pinontoan; Semuel Selanno; Ivan R. B. Kaunang; Meily M. Wagiu


Penerbit: 

Pusat Kajian Kebudayaan Indonesia Timur (PUKKAT)


Informasi dan Pemesanan: 

pukkat.org@gmail.com


Sinopsis: 

Buku in menyajikan suatu hasil kajian yang komprehensif dan lintas ilmu fenomena festival Kuncikan di Minahasa, Sulawesi Utara dan unsur pertunjukan di dalamnya. Meskipun utamanya untuk rekonstruksi teologis dan pedagogis Kristiani, namun studi kami ini juga menggunakan ilmu sejarah, sosiologi dan antropologi. Studi terhadap suatu fenomena sosio-kultural seperti festival Kuncikan, dalam rangka untuk memperoleh suatu pemahaman yang memadai, maka mesti dilakukan secara interdisipliner. Dari hasil kajian yang dilakukan ditemukan dan diungkap nilai-nilai sosio-kultural-religi dari festival Kuncikan tersebut, yang kemudian direkonstruksi secara teologis dan pedagogis Kristen.


Key Words:

Festival dan seni pertunjukan, Kristen dan Budaya, Sosiologi, Teologi, PAK, Kristen Kultural Minahasa

Sabtu, 06 Januari 2024

Reklaim Identitas Tou dan Tana' Minahasa

Riane Elean

Bacirita Awal Taong "Reklaim Identitas Tou dan Tana' Minahasa", Sabtu, 06 Januari 2024 di kantor PUKKAT menegaskan kembali semangat keminahasaan di era kontemporer. Membaca Minahasa, baik di awal tahun 2000-an ketika Mawale Movement mulai mewujud sebagai gerakan kebudayaan, dan di tahun 2024 ini ketika semakin tampak jelas semacam adanya kebangkitan budaya Minahasa dengan beragam cara dan metode, tidak boleh tidak mesti menganalisanya dengan pendekatan geopolitik global dan nasional. 

Sejumlah fenomena yang terjadi tahun 2023 dan tahun-tahun sebelumnya yang berkaitan dengan keminahasaan, membutuhkan suatu pendalaman yang mesti kolaboratif, yaitu melibatkan banyak perspektif, pengalaman dan metode. Pemaparan bung Veldy Reynold Umbas, bung Audy Wuisang mengenai situasi terkini ekonomi negara, dan bersamaan dengan itu tentu adalah politik, lalu penjelasan Fredy Wowor tentang geopolitik Minahasa abad ke-15/16 ketika bangsa-bangsa Eropa mulai merapat ke wilayah ini menegaskan hal yang penting, bahwa Minahasa dan keminahasaan bukanlah sesuatu yang terisolir dari pergerakan global dan nasional. 


Maka dengan itu, peristiwa atau situasi yang terjadi di tana' Minahasa yang memicu pertanyaan-pertanyaan kritis dan reflektif tentang identitas tou dan tana' mesti disikapi dengan pembacaan yang komprehensif. Diskusi kali ini sepakat untuk kembali merevitalisasi arti dan makna "tana", sebagai ruang dan tempat pijakan dalam berbagai dimensinya. Tana' sebagai tempat adalah teritori, sebagai ruang ia mesti dipahami sebagai aktualisasi ide, gagasan, dan praktik politik dan ekonomi. Keduanya penting bagi interpretasi dan rekonstruksi identitas "tou" Minahasa di era disrupsi ini. 

Diskusi yang berlangsung kurang lebih 2 jam ini, pada akhirnya menegaskan lagi panggilan untuk menjaga dan merawat tana' Minahasa ini dari upaya-upaya desktruksi oleh kuasa-kuasa tertentu. Spirit keminahasan adalah nilai yang mesti direkonstruksi menjadi praksis kebudayaan, yaitu sosio-kultural, politik dan juga ekonomi. Nilai-nilai falsafah Minahasa mesti terus digali dan direkonstruksi untuk menjadi fondasi dalam upaya merumuskan strategi kebudayaan yang makin progresif. 

Selain menghasilkan sejumlah pemikiran yang konstruktif, diskusi yang fasilitasi oleh Mawale Movement dan Pusat Kajian Kebudayaan Indonesia Timur - Pukkat ini juga semacam forum "bakudapa lintas generasi". Generasi Minahasa yang memikirkan dan melakukan kerja-kerja kebudayaan untuk tou dan tana' ini ternyata terus berlanjut, paling tidak jika dihitung sejak kemunculan Mawale Movement dua dekade lalu. 

------

Terima kasih bung Audy Wuisang, bung Veldy Umbas, bung Sofyan Yosadi, bung Daniel Kaligis, Candra Rooroh, Rikson Karundeng dan komunitas Mapatik, Bodewyn Talumewo, Makatana Minahasa, Rinto Taroreh, dan semua yang telah hadir dan mengambil bagian dalam upaya memikirkan kembali tentang identitas tou dan tana' Minahasa. (Denni)

Senin, 01 Januari 2024

Pentas Budaya Mawolay

Riane Elean


Pentas budaya Mawolay adalah bagian dari seni pertunjukan yg terwariskan dari sejarah kehidupan & tradisi leluhur  masyarakat  Poopo.

Dalam perkembangannya, tradisi ini kemudian menjadi sebuah pertunjukan seni budaya yang khas, unik & satu-satunya yang ada & terpelihara dengan baik hingga hari ini.  

Seni pertunjukan ini secara rutin ditampilkan  dalam pentas budaya "Mawolay", antara lain, pada perayaan Tahun Baru - sebagaimana kami sedang saksikan saat ini di desa Poopo, Kec. Ranoyapo, Kab. Minahasa Selatan.

Kehadiran kami sebagai tim PUKKAT (Pusat Kajian Kebudayaan Indonesia Timur), yang telah melakukan riset tentang seni tradisi ini, dan mendokumentasikannya dlm buku berjudul "Seni Pertunjukan Wolay" oleh bung Denni Pinontoan - sekaligus juga utk melaunching  & menyerahkannya kepada kepala desa & camat setempat sebagai perwakilan dari masyarakat Poopo.

Sebagai warisan tradisi yg masih terpelihara dgn baik, seni pertunjukan "Wolay" ini ternyata memiliki makna sosio-kultural  yang dalam,  edukatif pun ekologis - yg mesti dipelihara terus dlm merawat harmoni kehidupan di tanah Minahasa khususnya, dan juga dalam rangka pemajuan kebudayaan Indonesia yang majemuk & beragam.

Selamat bersukacita memasuki tahun baru dalam pentas budaya Mawolay.

Poopo, 1 Januari 2024 (Ruth)


Minggu, 31 Desember 2023

Lumales: Menelusuri Jejak Peradaban Tou Minahasa

Riane Elean


Judul: Lumales: Menelusuri Jejak Peradaban Tou Minahasa

Kepengarangan: Rikson Childwan Karundeng

Penerbit: Pusat Kajian Kebudayaan Indonesia Timur (PUKKAT)

Informasi dan Pemesanan: pukkat.org@gmail.com


Sinopsis:

Buku ini berisi reportase perjalanan kegiatan ziarah kultural yang dilaksanakan oleh sejumlah pegiat budaya di tanah Minahasa yang dilakukan semenjak 2010. Ziarah kultural merupakan sebuah penjelajahan untuk mencari, menemukan situs-situs budaya yang masih tersisa di tanah Minahasa, termasuk pendokumentasian tuturan hasil  wawancara dengan para orang tua di kampung-kampung yang memiliki “keistimewaan” sebagai penutur. 


Wale dan Harmoni Kehidupan

Riane Elean


Judul: Wale dan Harmoni Kehidupan

Kepengarangan: Ruth Ketsia Wangkai

Penerbit: Pusat Kajian Kebudayaan Indonesia Timur (PUKKAT)

Informasi dan Pemesanan: pukkat.org@gmail.com


Sinopsis: 

Buku ini berisi dokumentasi dari hasil riset tentang wale atau rumah adat Minahasa, yang masih ada hingga hari ini, walaupun fungsi dan maknanya sebagai rumah adat, yang erat kaitannya dengan ritus-ritus kepercayaan tua Minahasa, tidak tampak lagi. Sebuah realitas yang tidak terhindarkan menjadi fakta riil, bahwa pengaruh Kekristenan yang begitu kuat di tanah Minahasa, yang datang bersamaan dengan peradaban Barat, serta dominasi kapitalisme global, kini hanya meninggalkan jejak dari bentuk wale. Ia bukan lagi rumah adat melainkan sekedar rumah tinggal, yang laris menjadi komoditas dan bisnis “rumah panggung” Minahasa, yang terbuat dari bahan kayu. Tidak mengherankan bentuk rumah panggung ini telah dimodifikasi sesuai kebutuhan dan selera pasar (konsumen), yang berorientasi hanya pada keuntungan pelaku bisnis saja. Walau tinggal jejaknya, pendokumentasian buku ini merupakan sebuah upaya untuk menggali ulang makna wale, fungsi dan bentuknya sebagai rumah adat, warisan leluhur, yang sarat dengan nilai-nilai kosmologis-spiritual-kultural Minahasa. Tentu ada harapan, bahwa dengan menguak kembali nilai-nilai dan kearifan lokal ini, akan dapat menyumbang bagi pemaknaan ulang rumah, yakni tidak sekedar bangunan dan tempat tinggal saja, tetapi wale sebagai ruang bagi harmoni kehidupan antar sesama dan dengan alam sebagai rumah bersama semua makhluk.

Sabtu, 16 Desember 2023

Bertemu Sahabat

Riane Elean

Sore hingga malam, duduk berdiskusi dengan para sahabat di kantor Pusat Kajian Kebudayaan Indonesia Timur (Pukkat), Kakaskasen, Tomohon. Ivan R B Kaunang, Greenhill Weol, Denni Pinontoan, Ibu Ruth Ketsia, Filo Karundeng, Josua Wajong, dan tak ketinggalan si aktor (agak) tampan, Fredy Wowor. 

Kami (tidak) kebetulan kedatangan kawan lama, Erica Larson. Peneliti asal Boston, Amerika Serikat, tapi tinggal Singapura. Ia bekerja di Asia Research Institute, National University of Singapore. 

Berbagai kisah pun mengalir bersama kopi nikmat racikan Denni. Suasana kian hangat ketika biapong khas Kaki Lokon ikut nimbrung. 

Erica akrab dengan Indonesia, termasuk tanah Minahasa. Seberapa akrab, bisa terlihat dari fasihnya ia bicara menggunakan bahasa Indonesia, bahkan Melayu Manado. Beberapa waktu lalu ia datang meneliti tentang pendidikan kewargaan di sejumlah sekolah di Sulawesi Utara. Hasilnya kini telah ditenteng menjadi buah tangan, "Ethics of Belonging: Education, Religion, and Politics in Manado, Indonesia".

Kali ini, Erica datang masih dengan tujuan yang sama. Topiknya yang berbeda. Ia meneliti tentang bagaimana perspektif mahasiswa soal korupsi. 


Kami berdiskusi panjang dan baru bubar (berganti topik) beberapa saat setelah Kalfein Wuisan tiba. Katanya, Aruy ngambek. Entahlah ... Kata Fredy, pengalaman ini telah menjadi ritual rutin setiap Kale kembali dari perjalanan luar negeri. Heran, dia baru balik dari Dubai, tidur di kamar dengan kasur puluhan juta per malam, tapi agak sulit membayar tambal ban bocor 😜

Saat catatan dan foto di dinding FB ini diupload, kami sedang menunggu ragey dan nasi bungkus yang dijemput Filo. Seperti biasa, kami rukup setiap bersua. Captikus Wuwuk yang datang bersama Kale, jadi teman untuk menanti. (Rikson)

Jumat, 24 November 2023

Jajaki Peluang Kerjasama, ISI Surakarta Sambangi PUKKAT

Riane Elean

ISI Surakarta sambangi PUKKAT, 24 November 2023, di kantor PUKKAT, Jalan Kalutay Kakaskasen Tomohon. Rektor ISI Surakarta Dr. I Nyoman Sukerna, S.Kar., M.Hum, didampingi Dr. Bambang Sunarto, S.Sen., M.Sn. (Wakil Rektor I), Dr. Dra. Tatik Harpawati, M.Sn. (Dekan Fakultas Seni Pertunjukan) bersama rombongan lainnya diterima Ketua PUKKAT Dr. Denni H. R Pinontoan dan tim PUKKAT. Kedua lembaga menjajaki peluang-peluang kerjasama yang akan dilakukan terutama terkait isu-isu pemajuan kebudayaan. 

Demokrasi Deliberatif Orang Laut

Riane Elean

Menikmati aroma kopi robusta bersama rintik hujan sore di Kaki Lokon, terasa sangat nikmat. Apalagi sambil duduk meresapi aliran pengetahuan dari seorang guru. Namanya, Julianus Mojau. Teman-temannya biasa menyapa akrab, Bung Nus. 

Di kalangan intelektual, para teolog, Anak Loloda, Maluku Utara ini sangat dikenal. Apalagi ia pernah menjadi Rektor Universitas Halmahera, pimpinan di Perhimpunan Sekolah-Sekolah Teologi di Indonesia (Persetia). Ketua Umum PGIW Maluku Utara ini juga sudah beberapa periode berada di kursi pimpinan Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI). 

Saya mengenal Pak Mojau sejak duduk di bangku kuliah Fakultas Teologi, UKIT. Tidak secara langsung, tapi melalui buah pikiran, karya-karya intelektualnya yang terdokumentasi dalam berbagai buku. Di antaranya: Apa itu Teologi, Bersama Sang Hidup, Meniadakan atau Merangkul: Pergulatan Teologis Protestan dengan Islam Politik di Indonesia, Merawat Wajah Keindonesiaan Allah, Teologi Politik Pemberdayaan, dan Religiositas Kekristenan Halmahera. 

Saya memulai percakapan dengan sebuah cerita yang baru dialami. Tadi pagi, flayer kegiatan dikirim ke beberapa orang. Seorang kawan dari pulau seberang yang kini mengajar pada sebuah kampus di Sulawesi Utara merespons, "Ngoni orang gunung tertarik so mo bicara soal laut?" Ada juga jawaban dari kawan orang Minahasa yang kini sedang menuntaskan studi program doktoralnya, "Adoh, maaf, Mner.  Suka pigi, mar payah lei kwa kita pe pengetahuan soal laut." Mungkin mereka sedikit bergurau (entahlah, soalnya pesan di WA tidak ada nada suara untuk bisa lebih memastikan penilaian itu) saat membalas pesan saya, tapi pernyataan-pernyataan itu seperti jawaban tentang stigma Minahasa "orang gunung saja" benar-benar kuat. Hem  ... 

Sebagai orang yang lagi belajar menulis, saya tentu sangat excited berbincang dengan Pak Mojau. Percakapan kami terus berlanjut di ruang diskusi Pusat Kajian Kebudayaan Indonesia Timur (Pukkat). Pak Mojau bicara secara khusus topik "Demokrasi Deliberatif Orang Laut". Ia berbagi dengan penuh semangat. Pisau kritisnya masih seperti biasa, tajam. 

Di ujung percakapan, kami bersepakat untuk menuangkan ide-ide dalam diskusi ini lebih serius ke dalam sebuah buku. Kita akan difasilitasi oleh Pukkat untuk mewujudkan rindu itu. Tentu akan senang bisa menulis soal "Lour dan Tou Minahasa". 😇 (Rikson)

Kamis, 09 November 2023

Seni Pertunjukan Wolay di Desa Poopo, Kec. Ranoyapo, Kab. Minahasa Selatan

Riane Elean



 Judul

Seni Pertunjukan "Wolay" di Desa Poopo, Kec. Ranoyapo, 

Kab. Minahasa Selatan

Penulis

Denni H. R. Pinontoan

Penerbit: Pusat Kajian Kebudayaan Indonesia Timur (PUKKAT)

ISBN: Dalam Proses Pengajuan

Informasi dan Pemesanan: email pukkat.org@gmail.com

Sinopsis:

Buku ini ini mendokumentasi salah satu warisan kekayaan budaya masyarakat desa Poopo, Kec. Ranoyapo, Kab. Minahasa Selatan, yaitu seni pertunjukkan “Wolay”. Selain tentu merupakan budaya masyarakat Poopo, seni pertunjukkan ini adalah bagian dari kekayaan budaya Minahasa yang juga memperkaya keragaman budaya Indonesia.

Jumat, 03 November 2023

Hidup Damai Komunitas Yahudi di Manado

Riane Elean


Pengawas PUKKAT, Pdt. Ruth Ketsia Wangkai, M. Th. menjadi salah satu pembicara dalam Talkshow Merawat Kebhinekaan yang dilaksanakan Katolikana, dengan topik " Hidup Damai Komunitas Yahudi di Manado" pada Kamis, 2 November 2023.

Rekaman talkshow tersebut dapat disaksikan di chanel Katolikana pada link di bawah ini.

Talkshow Katolikana


Minggu, 30 April 2023

Film Wanua: Karya dan Profil Sineas dan Komunitas Film Minahasa

Riane Elean

 


Judul: Film Wanua: Karya dan Profil Sineas dan Komunitas Film Minahasa

Penulis

Denni Pinontoan, Ruth K. Wangkai, Riane Elean, 

Rikson Karundeng, Kalfein Wuisan

Penerbit: Pusat Kajian Kebudayaan Indonesia Timur (PUKKAT)

ISBN978-623-92756-3-1

Informasi dan Pemesanan: email pukkat.org@gmail.com

Sinopsis:

Buku ini tidak hanya mendokumentasi kegiatan-kegiatan Festival Film Wanua, namun juga tentang sejarah perfilman di Sulawesi Utara, gagasan-gagasan untuk membangun dan meningkatkan literasi dan ekosistem perfilman yang muncul dalam seminar dan profil para sineas atau komunitas film yang ada di daerah ini. Tujuan buku ini adalah untuk menegaskan, melalui Festival Film Wanua yang telah dilaksanakan oleh PUKKAT dengan dukungan penuh dari Direktorat Jenderal Kebudayaan dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) maka komitmen untuk mengembangkan literasi dan ekosistem film telah dicanangkan di daerah ini.

Sabtu, 28 Januari 2023

Menegakkan Kedaulatan Spiritualitas Nusantara

Riane Elean

 


PUKKAT menggelar kegiatan "Bacirita Bersama Dr. Bambang Noorsena" dengan topik "Menegakan Keadilan Spiritualitas Nusantara (Di Balik Berdirinya Budi Utomo dan Kebangkitan Nasional)", Jumat 27 Januari 2023 di kantor PUKKAT, Kakaskasen Tomohon. Noorsena adalah seorang budayawan, pendiri Institute for Syriac Culture Studies (ISCS). Hadir dalam kegiatan ini sejumlah aktivis, budayawan, akademisi, jurnalis dan rohaniawan. 




Rekaman diskusi ini dapat disaksikan di link ini

Rekaman 1

Rekaman 2

Sabtu, 07 Januari 2023

Kebudayaan Masa Antara

Riane Elean

 




Judul: Kebudayaan Masa Antara

Penulis: Denni H. R. Pinontoan

Penerbit: Pusat Kajian Kebudayaan Indonesia Timur (PUKKAT)

ISBN:
978-623-92756-1-7
978-623-92756-2-4 (PDF)

Informasi dan Pemesanan Buku: email ke pukkat.org@gmail.com

Sinopsis:
Buku ini mendeskripsikan dan merefleksikan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat lokal, nasional dan lokal di era pasca perang dunia kedua. Era ini adalah masa antara dari masa kolonial ke era milenial (abad ke-21).

Isu kebudayaan yang di bahas dalam buku mulai dari soal minyak goreng hingga tren angkot, musik, film, dan tradisi mudik. Inilah masa antara: secara psikologis diingat secara romantik, secara politik dikenang secara traumatis, secara sosial dihubungkan dengan represi yang menenangkan, secara kultural ini adalah era semua serba alternatif. Hal-hal ini yang mungkin dapat diidentifikasi sebagai antara lain fenomena kebudayaan masa antara.

Keywords: kebudayaan, orde baru, musik, film

Our Team

  • Ruth Kesia WangkaiAktivis-Peneliti
  • Steven Bons ManengkeiPeneliti
  • Marlin WongkarAktivis
  • Denni PinontoanPeneliti
  • Riane EleanPeneliti
  • Putri KapohPeneliti
  • Rikson KarundengPeneliti
  • Kalfein WuisanPeneliti
  • Yonatan KembuanPeneliti
  • Rivo GosalPeneliti
  • Kharisma KuramaPeneliti
  • Greenhill WeolPeneliti
  • Mineshia LesawengenPeneliti
  • Omega PantowPeneliti
  • Leon WilarPeneliti