Setiap kali ada kunjungan silaturahmi dari kawan-kawan jaringan ke Wale PUKKAT maka akan didaulat untuk berbagi pengetahuan & pengalaman.
Kali ini kawan-kawan dari Pusat Studi Agama & Demokrasi (PUSAD) Paramadina, Jakarta, yaitu mas Ihsan Ali-Fauzi, mba Ute, & mas Alam menyambangi Wale Pusat Kajian Kebudayaan Indonesia Timur - Pukkat di Tomohon - setelah beberapa hari berada di Manado. Kedatangan mereka dalam rangka Konsultasi Program dan Asesmen untuk Pelaksanaan Lokalatih Mediasi Lintas Iman di Manado nanti.
Setelah ngobrol-ngobrol santai, dilanjutkan dengan diskusi yang agak serius seputar isu Demokrasi & KBB (Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan), serta kerja-kerja advokasi yang telah dilakukan oleh PUSAD beberapa tahun belakangan ini.
Yang menarik dari diskusi sejak kemarin dalam FGD adalah pola pendekatan advokasi yang dikembangkan dalam menciptakan "peace maker" di lapangan adalah melalui pelibatan Pemkot & FKUB sebagai "pintu masuk" dalam pelembagaan mediasi lintas iman di daerah.
Beberapa testimoni tentang penerapan pola ini di beberapa kota tampaknya efektif. Sementara untuk konteks Manado baru akan dicoba-terapkan sebagai langkah strategis dalam mendekatkan lembaga-lembaga negara dimaksud pada komunitas-komunitas akar rumput sebagai SEKUTU dalam mengelola konflik. Artinya, bahwa posisi adalah sama-sama subyek yg setara. Bukan sebaliknya, menggunakan terma "mediasi" atau juga "negosiasi", tapi apa yang terjadi selama ini di lapangan adalah penekanan, pemaksaan, bahkan pembungkaman terhadap kelompok-kelompok marjinal dan rentan.
Tantangan memang nyata. Konflik berbasis KBB ril bahkan fenomenal.
Untuk itu dibutuhkan sinergitas dlm memperkuat gerakan dalam kerja-kerja advokasi mewujudkan keadilan & inklusi sosial.
Seperti kata Gus Dur "perdamaian tanpa keadilan adalah ilusi". (Ruth Wangkai)
0 komentar:
Posting Komentar