Senin, 30 Juni 2025

Kampanye Tolak Kekerasan Berbasis Gender

Riane Elean

 


PUKKAT sebagai salah satu organ yang tergabung dalam Gerakan Perempuan Sulut (GPS) menolak kekerasan berbasis gender, dan lebih khusus lagi, anti KtP & KtA. Kampanye ini digaungkan dalam Festival Dua Dekade Mawale Movement, 28 Juni 2025. Kampanye STOP KEKERASAN berbasis gender ini adalah juga bagian integral dari komitmen & perjuangan untuk terus mengintegrasikan & mempromosikan nilai-nilai luhur Minahasa yg humanis & pro-kehidupan.


Sabtu, 28 Juni 2025

Catatan Reflektif Festival Budaya Mawale Movement

Riane Elean

 


Tahun ini perjalanan Mawale Movement (MM) melangkah ke usia dua dekade. Sebuah momentum yang penting dirayakan bersama sebagai wujud komitmen dalam merawat keberlangsungan spirit & identitas keminahasaan serta integritas dalam menghidupi nilai-nilai keminahasaan yg humanis & menghidupkan warisan lokal para leluhur Tou Minahasa.
Kendati nyaris tergerus oleh arus zaman dalam tahapan beribu tahun perjumpaan & sentuhan dengan peradaban asing, (termasuk budaya global) - dan karena itu tak dapat terhindarkan produk identitas kultural yang hibrid - tokh sebuah fakta yg tidak bisa dinafikan, bahwa Tou Minahasa tetap berakar di dalam kultur keminahasaannya.
MM adalah salah satu gerakan alternatif untuk kembali ke "wale", rumah bersama, yaitu rumah Minahasa. Kembali ke akar & nilai budaya leluhur, yang tentu mesti dimaknai ulang & terus menerus seiring dengan perjalanan waktu & pergeseran konteks. Dalam kesadaran inilah MM hadir dan lebih concerned pada spirit & nilai keminahasaan. Ia bukan organisasi yang kaku & struktural. Kepemimpinannya pun tidak tersentralistik, apalagi tertumpu pada satu atau sekelompok orang saja. Power sebagai sebuah daya & energi positif menyebar pada kekuatan jaringan-jaringan organisasi atau komunitas atau pun individu yg se-visi. MM ini hidup, eksis berkiprah & berkontribusi dalam memperkuat identitas kultural justru melalui jaringan-jaringannya, yang pada sisi lain independen & merdeka dalam berkarya & berinovasi.
Ikatan yang dirangkai & dirawat terus adalah pada visi perjuangan bersama untuk memperkuat identitas keminahasaan agar terus bertahan, resilien & survived berhadapan dengan resistensi budaya eksternal, tapi juga tradisi internal yang destruktif.
Kehadirannya pun untuk merawat kewarasan & nalar kritis melawan politik penunggalan kebudayaan atau juga sikap religiositas tertentu yang anti budaya, yang kerap distigma sebagai "kuasa kegelapan".
Selain itu, manfaat kehadiran MM sebagaimana telah dikerjakan selama ini adalah melakukan edukasi berkelanjutan melahirkan kader-kader muda potensial, kritis tapi konstruktif dlm membangun peradaban yang berpihak pada kemanusiaan yang bermartabat & alam yg lestari.
Dalam kesadaran inilah, pada perayaan Dua Dekade MM tahun ini, disepakati sejumlah (rangkaian) kegiatan. Ada yang dilakukan bersama semua jaringan yang terdiri dari puluhan organisasi/komunitas dan ada pula yg dilakukan oleh masing-masing jaringan sesuai dgn kapasitas & concern isu.
Sejak minggu lalu beberapa kegiatan sudah dimulai, yaitu "Papendangan Festival". Kegiatan ini diiniasi oleh IAKN Manado yang didukung oleh PUKKAT (Pusat Kajian Indonesia Timur), Institut Mapatik & MM. Selain itu, melibatkan juga kelas IAIN Manado. Kegiatan selanjutnya adalah Sekolah Jurnalisme diinisiasi oleh Institut Mapatik dan didukung oleh PUKKAT & MM.
Kemarin, 28 Juni, berlangsung Festival Budaya. Selain tampilan pentas (pertunjukan) seni budaya, juga ada pameran buku yg ditulis oleh para anggota dan oleh jaringan MM & mitranya.
Ada juga jaringan MM, seperti Gerakan Perempuan Sulut (GPS), turut mengisi acara, yaitu kampanye ANTI KEKERASAN berbasis gender, dan lebih khusus lagi, anti KtP & KtA. Bersamaan dgn kampanye ini, komunitas Saksi & Korban (SSK) SULUT, yang dibentuk oleh LPSK RI (Lembaga Perlindungan Saksi & Korban) melakukan sosialisasi memperkenalkan apa itu LPSK, yg akan segera membuka Kantor Penghubung di Kota Manado.
Kampanye STOP KEKERASAN berbasis gender ini adalah juga bagian integral dari komitmen & perjuangan MM utk terus mengintegrasikan & mempromosikan nilai-nilai luhur Minahasa yg humanis & pro-kehidupan.
Beberapa ungkapan bijak para leluhur, di antaranya: "Si Tou Timou Tumou Tou", artinya manusia hidup untuk menghidupkan sesamanya & tentu juga menghidupkan alam sebagai subyek yang setara. Kosmologi Minahasa tak dapat dipisahkan dari "tiga batu dodika" "manusia - alam - Opo/Empung Kasuruan Wangko". Semua saling bergantung sebagai kesempurnaan kehidupan seutuhnya. Salah satu komitmen MM ramah lingkungan ialah tidak lagi menggunakan kemasan gelas plastik seperti pada perayaan festival kemarin.
Demikian juga ungkapan populer lainnya yaitu "Si Tou Peleng Masuat Waya" artinya setiap orang adalah setara. Local wisdom ini jelas sekali menindikasikan penolakan terhadap budaya kekerasan, termasuk KDRT & KS (kekerasan seksual).
Satu yg tak mungkin terabaikan adalah tradisi makan bersama yaitu menggelar meja beralaskan daun pisang/laikit & menyajikan menu tradisional dimasak dalam bambu.
Tentu ada juga makanan nasional yg dipesan khusus bagi saudari/a kita yang tidak mengonsumsi menu tradisional Minahasa. Ini adalah bagian yg utuh dari hospitalitas berMAWALE. Siapa pun akan disambut dan dilayani dgn sukacita & hati yg tulus. Tapi juga akan tertolak di tanah ini, Tana' Karema-Lumimuut-Toar, jika ada yg datang dengan membawa serta ideologi intoleran, yang hendak merusak nilai-nilai budaya hospitabel & inklusif.
Perayaan ini sungguh meriah sejak pagi sampai malam hari, silih berganti. Semuanya dapat terselenggara bukan karena MM punya dukungan finansial yang kuat. MM tidak punya sponsor dari siapa/mana pun, apalagi dari instansi atau lembaga tertentu. Perjalanan MM hingga hari ini hanya bermodalkan RU'KUP, artinya pemberian sukarela. Ru'kup adalah sebuah tradisi komunal masyarakat agraris, yang tak mengikat secara politis, tapi mengikat secara kultural para anggota & jaringan. Ru'kup bisa berupa uang atau natura atau pun alat perlengkapan untuk menopang terlenggaranya agenda kegiatan.
Inilah kekhasan MM dalam berMAWALE. Meski harus diakui pula ada dinamika dalam mendorong pada tanggung jawab bersama, yang tampaknya mulai tergerus oleh individualime modern. Namun lepas dari itu, perlu disyukuri bahwa perbedaan pendapat bukan hambatan apalagi ancaman. Justru perbedaan itu memperkaya dalam mengelola kekuatan bersama agar tetap eksis merperkokoh identitas keminahasaan dalam mewarnai identitas kebangsaan. Tidak ada kebudayaan nasional yang tunggal. Yang disebut kebudayaan nasional itu adalah plural & beragam sebagaimana beragamnya etnis/suku/ras, serta agama & kepercayaan yg telah ada sejak ribuan tahun di bumi pertiwi ini.
Salam keminahasaan.
Sebuah warisan leluhur yg adiluhung sbgm nama MINAHASA artinya "menjadi esa". Menjadi satu dalam perbedaan & keragaman. Tapi juga dalam keragaman & perbedaan itu, yang esa tetap ada, eksis & dihargai sebagai subyek yang setara, anugerah dari Sang Semesta.
Tomohon, 29/06/25
RKW

Senin, 09 Juni 2025

Sejarah dan Sastra: Membedah Novel Dalam Kemelut Perang

Riane Elean

 


PUKKAT berkolaborasi dengan Komunitas Penulis Mapatik melaksanakan kegiatan Diskusi Buku dengan tema "Sejarah dan Sastra: Membedah Novel "Dalam Kemelut Perang" Karya Dr. Denni H. R. Pinontan. Agenda literasi ini dilaksanakan pada 7 Juni 2025 di Kedai Kelung, Kaaten Tomohon. Buku ini merupakan salah satu dari sejumlah buku karya sastra yang diterbitkan Penerbit PUKKAT.



Senin, 02 Juni 2025

Intoleransi kembali Terjadi, Koalisi Advokasi KBB Kecam MUI Sulut

Riane Elean

 

Koalisi Advokasi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan Sulawesi Utara, Gusdurian Manado, dan PB Jemaat Ahmadiyah Indonesia, pada tanggal 2 Juni 2025 bermaksud menyelenggarakan kegiatan bedah buku berjudul “Menyingkap Tabir Kebenaran Ahmadiyah” di Aula IAIN Manado. Namun satu hari sebelum pelaksanaan kegiatan tersebut, terbit Surat MUI Manado No: A/28/MUI-MDO/VI/2025 tentang pembatalan kajian tersebut yang ditujukan kepada Rektor IAIN Manado. Kemudian diikuti dengan terbitnya surat MUI Provinsi Sulawesi Utara No: A/17/MUI- SULUT/V/2025 tentang Pertimbangan Pelaksanaan Kegiatan kepada Rektor IAIN Manado. Berdasar dua surat MUI, Rektor IAIN Manado kemudian mengambil kebijakan membatalkan kegiatan tersebut dengan alasan menjaga kondusifitas.

 


Koalisi Advokasi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan Provinsi Sulawesi Utara (KBB SULUT) menyatakan kekecewaan mendalam atas pembatalan kegiatan bedah buku yang sedianya akan diselenggarakan di kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado, menyusul surat imbauan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Manado dan MUI Provinsi Sulawesi Utara.

Kegiatan bedah buku tersebut dirancang sebagai ruang diskusi terbuka yang sejalan dengan semangat kebebasan akademik, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari dunia pendidikan tinggi. Namun, keputusan pembatalan oleh pihak rektorat IAIN Manado sebagai respons terhadap imbauan MUI telah menjadi preseden buruk bagi kebebasan berpikir, berekspresi, dan berdiskusi di ruang akademik.

 

"Kami sangat menyayangkan langkah pelarangan ini. Kampus seharusnya menjadi tempat paling aman untuk pertukaran gagasan, termasuk terhadap pandangan yang kritis sekalipun. Pembatalan ini merupakan bentuk intervensi yang merusak iklim kebebasan akademik," tegas perwakilan KBB SULUT.

Koalisi Advokasi KBB SULUT menilai bahwa imbauan yang dilayangkan oleh MUI tidak semestinya dijadikan dasar pembatalan kegiatan akademik, terlebih ketika tidak melalui proses klarifikasi terbuka, kajian substantif, ataupun dialog dengan panitia pelaksana dan narasumber. Tindakan ini justru menunjukkan gejala pembatasan terhadap ruang diskusi intelektual yang sehat dan produktif.

Lebih jauh, Koalisi Advokasi KBB SULUT mengingatkan semua pihak, termasuk lembaga keagamaan dan institusi pendidikan, untuk tetap menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi, kebhinekaan, dan hak asasi manusia, termasuk hak atas kebebasan beragama, berkeyakinan, dan berpendapat sebagaimana dijamin oleh Konstitusi Republik Indonesia dan berbagai instrumen hukum internasional.

Koalisi Advokasi KBB SULUT menyatakan:

1.     Koalisi Advokasi KBB mengecam tindakan MUI Kota Manado dan MUI Provinsi Sulawesi Utara yang mengeluarkan himbauan kepada pihak IAIN Manado untuk melakukan pembatalan dan pertimbangan kegiatan bedah buku di kampus. Bedah buku di kampus adalah bagian dari aktifitas pengajaran dan pendidikan yang bertujuan untuk pengembangan akademik di lingkungan kampus. Tindakan MUI Manado dan MUI Provinsi Sulawesi Utara adalah tindakan pemasungan kebebasan akademik dan menghambat kemajuan akademik kampus. Himbauan dan pertimbangan MUI seperti ini menandakan ketidakpahaman MUI dalam persoalan akademik dan menciptakan intoleransi di kota Manado.

2.     Kajian buku ini adalah kegiatan ilmiah yang mengkaji suatu karya ilmiah akademik, bukan propaganda doktrin atau tafsir keagamaan tertentu, sehingga tidak termasuk dalam kegiatan yang dilarang oleh SKB 3 Menteri, yakni “menceritakan, menganjurkan, atau mengusahakan dukungan umum melakukan penafsiran tentang suatu agama yang dianut di Indonesia atau melakukan kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan keagamaan dari agama itu yang menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama itu”.

3.     Koalisi Advokasi KBB mengecam terjadinya pelarangan dan berujung pada pembatalan kegiatan bedah buku yang terjadi di IAIN Manado. Kampus sejatinya menjadi ruang aman dan bebas bagi kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik, dan otonomi keilmuan sesuai dengan amanat UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 dan UU No 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.

4.     Koalisi Advokasi KBB mendesak peristiwa ini menjadi perhatian pemerintah Kota Manado dan semua pihak-pihak terkait. Penolakan atas kegiatan ini akan memperburuk citra kota Manado yang dikenal sebagai kota majemuk yang menghargai keragaman.

Koalisi Advokasi KBB SULUT akan terus memantau perkembangan kasus ini dan siap menjalin kerja sama dengan seluruh elemen masyarakat sipil demi melindungi ruang- ruang kebebasan yang dijamin oleh hukum.


Manado, 03 Juni 2025, Hormat Kami,

1.  Gusdurian Manado

2.  Gerakan Perempuan Sulut (GPS)

3.  Lembaga Bantuan Hukum Manado

4.  Pusat Kajian Kebudayaan Indonesia Timur (PUKKAT)

5.  Persekutuan Perempuan Berpendidikan Teologi di Indonesia (PERUATI)

6.  Swara Parangpuan Sulut

7.  Ahmadiyah Manado


8.  Yayasan Cahaya Mercusuar Indonesia (YCMI)

9.  IMM

10.  MI ASM


11.  Aliansi Masyarakat Adat Sulawesi Utara

12.  Lalan Rondo Malesung (Laroma)

13.  Yayasan Suara Nurani Minaesa (YSNM)

14.  Kom1nas Perlindungan Anak Sulut

15.  Yayasan Peduli Kasih (Yayasan PEKA)


16.  Waraney Wuaya